Wawancara Imajiner dengan Gajahmada 5
Anak Kandung Gajahmada dengan Sejuta Wanita
Di malam yang dingin, di bawah bintang-bintang, serasa ada angin menerpaku. Aku berharap Patih Gajahmada mengunjungiku. Nyatanya demikian. Aku gembira sekali
Aku : Selamat malam Paman, kangen rasanya bergurau dengan Paman Gajah.
GM : Kamu itu cewek yang kurang ajar, tetapi aku suka ngobrol dengan kamu.
Aku : Terima kasih. Paman, sering kulihat film atau baca buku tentang mesin waktu. Mesin ini bisa menembus jaman dulu dan atau masa depan. Paman percaya?
GM : Iya. (aku membelalak)
Aku : Percaya...? (Sekejap aku melongo). Kalau begitu, aku ingin masuk menyerbu Majapahit. Aku bawa sejuta gadis-gadis cantik bergiliran selama 5 tahun! Kami akan nguber Paman, lalu memaksa Paman mengawini secara resmi dan menghamili kami.
GM : (Gajahmada tersenyum malu ... lalu tertawa terbahak-bahak )
Kamu memang cewek gila yang mimpinya selalu serong kiri serong kanan.
Aku : Kehamilan itu akan kami bawa pulang di jaman milineum ini. Maka kami punya sejuta anak kandung Gajahmada. Tak perlu ganti abad, negara kami dalam dua dasawarsa sudah mampu bersaing dengan Eropa dan Amrik karena kami punya sejuta manusia kwalitas Gajahmada.
GM : 4 Juta sekalian, karena tiap cewek melahirkan bayi kembar 4 gitu?
Aku : Wah iya ya…. (aku tertawa). Ada yang normal, ada yang kembar 2, 3 dan 4. Jumlahnya 3 juta aja. Proyek ini aku namai “Proyek Kecepatan Negara Digdaya”.
GM : Tunggu dulu, ada wanita Sundanya, bukan?
Aku : Ohh ada, 50 ribu cewek Sunda... jamannya sudah berubah Patih. Siapa yang nggak mau dinikahi Irfan Bachdim, eeeeh … Gajahmada …iiiqiqiqiqiq.
GM : Itu hukumnya haram, kawin dengan sejuta cewek, aku kagak kuat, klenger?
Aku : Maaf patih, dulu belum ketahuan agamanya, jadi dianggap sah dulu. Raja-raja dulu asal nubruk, anaknya buanyak. Kami-kami kan minta dinikahi dulu. Jadi 3 juta anak itu sah anaknya GM termasuk sah secara biologis, meski ntar aktenya tidak ada nama Gajahmadanya.
GM : Nanti mereka kayak bapaknya, dibilang anak lembu peteng.
Aku : Sudah diramal Joyoboyo, banyak anak cari bapaknya. Tetapi, sejuta cewek GM itu bersuami lagi setelah pulang di jaman ini. Mereka hanya seminggu masuk lorong waktu di Majapahit, dalam pelukan GM.. (iiiqiqqiq). Mereka tidak saling kenal, asalnya dari berbagai suku. Sepulag dari Majapahit, mereka langsung menikah dengan pasanagn masing-masing. Mereka tidak ketahuan hamil dulu, bayi-bayi itu berumur 10 -12 bulan di kandungan. Jadi dengan bekal 3 juta manusia kwalitas Gajahmada, kami akan membangun negara dengan “Proyek Kecepatan Negara Digdaya”. Itulah mimpi besarku membangun negara.
GM : Kamu sebar kemana 3 juta anakku itu?
Aku : Pertama ada 50 pemain bola. Kami pasti juara dunia tahun 2030 hingga 5 kali berurutan. Tak masalah jika ketua PSSI-nya hanya sekelas Nurdin Halid. (GM tertawa lagi). Dengan piala Dunia, World Cup Trophy FIFA, kami mudah nego cari investasi luar negeri.
GM : Juara bola lebih penting meski perut lapar???
Aku : Itu kamuflase dulu sambil jalan. Lalu aku sebar 100 ribu orang anak GM menjadi pemuka agama, 50 ribu orang anggota DPR dan DPRD, 300 ribu orang jadi tentor di 3 partai. 100 Ribu orang eksekutif negara. 1000 orang jadi eksekutif BUMN, 100 ribu orang pengendali pajak dan bea cukai, 100 ribu orang di bidang hukum, 100 ribu orang menjadi polisi, 100 ribu orang di ABRI. 100 ribu orang pekerja media massa, 100 ribu orang jadi petani, 100 orang jadi nelayan, sejuta orang jadi guru. 100 ribu belajar ke luar negeri sambil membawa pulang TKI. Sisanya menyebar di berbagai kehidupan. Tahun 2050 sudah ada yang jadi presiden, ada yang jadi menteri dan direktur-direktur di titik pengendali negara. 50 ribu orang blasteran dengan gadis China untuk urus dagang dan industri. Tidak lupa, 50 ribu orang jadi KPU dan Panwaslu agar ngajari jujur dan jauh dari manipulasi. Jadi 3 juta anak GM menembus semua bidang.
GM : Hebat kamu!
Aku : Saya sangat sedih. Di saat Amrik sudah bisa mengalahkan kecepatan suara, kita masih bergelut mencari sesuap nasi. Mereka sudah mampu memindahkan gambar dalam sepersekian detik, kami masih punya penduduk bergelar master dan S3 yang nggangur. Jadi kapan kami bisa mengabkirkan kantor pos? Boleh tho aku bermimpi memimpin 3 juta anak Gajahmada, kami pasti sukses dengan proyek percepatan negara digdaya.
GM : glekglekglekk…(tertawa geli tak bisa berpendapat karena heran dan geli)
Aku : Jadi tolong Paman, ajari saya, bagaimana membuat wormhole.
GM : Di jamanku, mesin waktu kayak wormhole itu ya moksa itu. Makanya aku bisa bersilat lidah dengan Fir’aun. Wormhole ala Stephen Hawking itu lubang kecil yang tak terlihat karena kecil banget, lebih kecil dari molukel atau atom, seper sekian triliun inci. Disitu ada lubang bernama buih kuantum yang ngumpet di kanal ruang dan kanal waktu. Hawking mau nangkap wormhole itu dan membesarkan sampai tubuh kamu bisa lewat. Sekarang kalau mau coba, sana pergi ke Inggris, temui Hawking, berani tidak?
Aku : Heh, dia menertawaiku enggak ya dengan proyek ini
GM : Andai dia tidak ketawa, apaka kamu punya beaya membawa sejuta cewek ke Inggris ke negaranya Hawking?
Aku : Bukan begitu Patih, aku ke Inggris sendirian, terus ketemuan dengan Hawking. Dia pasti tertarik padaku karena kami orang-orang unik yang mudah saling dekat. Habis itu Hawking akan kupaksa atau kuculik saja ke tanah air, aku buatkan laboratorium wormhole di sebuah pulau tak berpenghuni. Nah tugas patih adalah mencuri sebagian harta di Fed bank untuk pembangunan laboratorium dan beaya proyek.
GM : Keterlaluan kamu. Sudah disuruh ngawinin sejuta cewek, eh disuruh mencuri duit di bank sentra AS lagi. Kalau kamu terlalu berkhayal, aku pergi saja.
Aku : Jangan Paman, aku masih asyik dengan imajinasiku. Ingat Paman, proyek ini sangat krusial, penting banget agar kita bisa mengganyang Malaysia… eh bisa bersaing dengan China, Korea dan Jepang. Geregetanku adalah ingin membuka mata pemimpin kami, karena mereka terlalu sembrono melampiaskan kepentingan sendiri dan kepentingan kelompok. Pejabat tak ada yang bicara tentang kami, tentang rakyat. Kami sungguh terpuruk di semua bidang. Tanpa Gajahmada turun tangan, rasanya negeri ini sulit keluar dari kemelut.
GM : Hawking sedang sibuk bikin proyek wanita Inggris setangguh Margareth Theacher. Ia juga punya sifat tidak mau disaingi. Ia benci ilmuwan seperti Einstein.
Aku : Tidak masalah Paman. Hawking tak perlu diberi bocoran bahwa nantinya ada setengah juta anak-anak Gajahmada yang punya otak genius dan sangat cerdas sejajar dengan Leonardo da Vinci, Einstein atau Stephen Hawkng itu!
GM : Stephen Hawking tak sudi bersaing dengan Gajahmada. Salah satu kelemahan kamu adalah tukang khayal. Jadilah pemimpi, bukan pengkhayal!
Aku : Aku sedang mencoba bermimpi, Paman
GM : Bagus, ternyata kamu bukan seorang peragu!!!
Aku : Ini mimpiku, bukan khayalku. Begini Paman. Pembuat lorong waktu bukan hanya Hawking. Masih banyak lagi koq. Di Jepang, AS, Rusia hingga Ki Joko Bodo dan Gendeng Pamungkas, mereka bisa lho. Wong mBah Wiji saja bisa. Kami ini bisa koq. Ilmunya mBah Wiji, ki Bodo dan Gendeng juga tinggalan ilmu moksa Paman Patih, ya tho…??? Iya tho Paman…. Paman….
Aku menunggu Gajahmada menjawab. Lho koq diam? Aku menoleh mencari-cari. Eh… Gajahmada tidak ada lagi di sekitarku. Aku kecewa. Padahal aku masih ingin bicara seluas lautan demi menginginkan negaraku punya penduduk semaju orang-orang NASA. Jika bangsaku adalah anak-anak Gajahmada, bisakah Indonesia menciptakan planet, agar Pulau Jawa tidak sarat penduduk, gunung Merapi tak perlu meletus, lempeng tektonik tak perlu gempa yang mengakibatkan tsunami. Lalu kuusir orang-orang Freeport dan juga teman-teman sebangsanya, mereka yang menguras hasil bumi Indonesia, sementara rakyat hanya bisa menonton dengan ngiler…
Solo, 4 Januari 2011
noniruli
Senin, 03 Januari 2011
Bola Semut Gajahmada Melawan Kacoak
Wawancara Imajiner dengan Gajahmada 4
Bola Semut Gajahmada Melawan Kacoak
Aku sangat sedih, bukan karena Tim Garuda kalah lawan Malaysia di leg I final AFF. Aku sedih karena Nurdin Halid dan Nugroho Besoes sangat serakah, tak berbagi dalam hal menjual tiket final leg II di Gelora Bung Karno, 29 Desember 2010. Kulihat tiket sampai direbut-rebut di tengah lapangan rumput, banyak perusakan-perusakan di GBK, ini akibat telalu banyaknya pengingkaran panitya penjual tiket. Karena kejadian itu, aku sepertinya mendapat isarat buruk.
Ada bisikan bahwa Nurdin Halid dan Nugroho Besoes akan kena kutuk akibat seringnya terdengar umpatan pemburu tiket. Nyatanya Garuda dibekuk 3-0 oleh Malaysia. Aku merenung sendiri di bawah taburan lintang di Alun-alun keraton Solo. Jam menunjukkan pukul 1 tengah malam, namun aku tak dapat tidur. Itulah sebabnya aku cari angin di sini. Bau wangi terasa bergulir masuk di hidungku. Bau ini seperti wanginya keraton. Aku menoleh. Betapa kaget ketika ada bisikan di telingaku. Aku ingat-ingat, itu seperti suara Mahapatih Gajah Mada. Aku memanggil, dia tertawa kecil menandakan beliau memang sedang menemani aku.
Aku : Paman Gajah...? Aduh..., paman sangat mengagetkanku? Oow, mimpi apa aku ini, mau-maunya Paman Patih nyambangi aku.
GM : Kulihat kamu termenung, ngalamunin apa?
Aku : Paman Gajah. Aku tidak bisa melihat anda, tetapi aku yakin, anda cukup santai di rumput ini, kan? Begini Patih, hatiku sedih. Kami sepertinya hanya boleh eporiah tanpa tropih. Kami taklukkan Philipina, tetapi diganjal Malaysia. Apa benar suporter Malay urik, curang?
GM : Uhhhh, alasan... Kamu belum menang, udah dikrubuti tikus-tikus partai. Media gitu juga. Pemain itu, biar latihan dulu… malah diundang kesana kemari, capaiiii tahu nggak sih?? Mengapa kamu harus nggak sabar menunggu sampai juara?
Aku : Yaachh kami sudah sangat rindu bisa memeluk tropih.
GM : Pernah kubilang, sejak kecil aku sudah dihajar dengan ilmu-ilmu tingkat tinggi. Jika sebulan aku bermain terus 90 menit, aku nggak akan capai. Kamu baru 5 kali main dengan jarak hari saja, sudah lumpuh main yang keenam, di kandang lawan lagi. Jika memang segitu aja bugarnya, ganti saja pemainnya. Energimu sudah dikuras Philipin, ehh pelatih nggak mau ngganti pemain. Final koq spekulasi nurunin pemain mentah.
Aku : Maksudnya Yongki, bukan Bambang atau Irfan yang dipilih?
GM : Bukan itu saja, kurcaci Halid dan Besoes, dia Sengkuni, terlalu serakah. Tak pernah mau belajar dari pengalaman, Sengkuni ini sellau mundur, apalagi tak mau berbagi. Pemain butuh supporter, cari tiket susahnya kayak cari jarum di gurun. Berapa puluh tahun Nugroho Besoes nonggkrong di kursi PSSI, nggak becus becus lagi? Kamu nggak bisa cerdas karena nyandar di dadanya. Itulah tikus-tikus yang bikin mental pemain selalu blong-blongan, dikacau hal-hal sepele. Besoes itu nggak ada matinya di PSSI. Hebat, kayak Suharto. Hamili cewek nggak tanggung jawab, bisa duduk terus di tahtanya.
Aku : Tapi Halid punya mimpi besar, mau jadikan Indonesia tuan rumah Piala Dunia..
GM : Wk wk wk wk, kodokpun tertawa. Mantan napi itu jogetnya persis kacoak. Kacoak kalau terbang, kalau berjalan, nggak punya tujuan, nggak punya mata, asal terbang, asal jalan. Pintarnya kalau diserang, sigap sekali, gesit berlari dan sembunyi. Dipenggal kepalanyapun masih tahan hidup seminggu.
Aku : Itu Nurdin Halid?
GM : Kadang kayak kacoak, kadang tikus.
Aku : Mengapa Paman tidak menyemangati Tim Garuda?
GM :Kamu harus mengasah diri punya mental juara! Pelajari dan amalkan 15 cara jadi manusia sejati Gajah Kencana. Dicontoh itu!!! Gajahmada bermental juara, nggak pernah kalah. Kalau Gajahmada kalah itu karena dipecat Hayam Wuruk.
Aku : Kami kalah karena diteror laser supporter lawan.
GM : Kabar gawang Markus disebari kuman sampai bengkak…? Cari alasan apa lagi! Biarkan yang capai bobo nyenyak, gantilah pemain. Asah mental juaranya… kalau tidak mau, ya sudah.
Aku : Jika Halid dan Besoes dikutuk, Garuda gagal?
GM : Dia harus minta ampun dulu pada bangsamu, lalu keduanya harus langsung turun tahta!!!
Aku : Itu malah pengecut Paman Gajah!
GM : Sudah diampuni beribu kali, kali ini masih ada ampun? Sekarang pilih Garuda di dadamu atau membela segelintir kurcaci?
Aku : Mereka bukan kurcaci, mereka momok!! Kalau Besoes itu unthul bawangnya Halid. Sedang Halid itu tukang cetak duit ndoronya. Imbalannya ketua PSSI. Nggak ada pejabat yang berani sama Halid.
GM : Wk wk wk… apa dia itu Gajahmada, sampai pada takut wk wk wk wk… Itu takut pada duitnya, bukan pada Halidnya!
Aku : Di jaman Majapahit, apakah sudah ada sepakbola?
GM : Ada, bolanya kelapa, dibakar dengan api besar. Namanya bal-balan api.
Aku : Lapangannya mana, kenapa Majapahit tidak ninggalin stadion, kayak Yunani ninggalin stadion Olimpyade?
GM : Dulu belum ada kompetisi, jadi belum kepikir bikin stadion. Wong FIFA aja dibentuknya baru abad 20. Nah kamu tahu Alun-alun? Di Alun-alun itulah semua kegiatan rakyat dilaksanakan!
Aku : Suporter sering bikin onar, ribut, rusuh, ngrusak dan mbakar-mbakar. Yang paling ganas Bonek! Apakah ini termasuk tinggalan Majapahit?
GM : Kurangajar, Bonek bukan warisan Majapahit. Bonek ini ‘koloni semut’. Semut itu jika sendiran, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi jika sekerumunan, mereka bisa kerja gotong royong, dengan tugas masing-masing, tanpa komando, tanpa manajemen, langsung tepuk dada, inilah bonek!
Aku : Jadi supporter Garuda itu samakah dengan Koloni Semut?
GM : Koloni semut pasti menang jika gotong royong menyerang kacoak. Moso kacoak satu saja selalu menang melawan koloni semut???
Aku : Qiqqiqiqi… Iya deh, biar koloni emut menyerang kacoak, tunggu Paman. Koloni semut sejumlah milyaran, tak akan kuat ngangkat Garuda! Itu artinya Paman Patih tidak mendukung Tim Garuda.
GM : Heh, sejelek apapun, itu milik kita, harus terus didukung! Apa kamu mau terus-terusan jadi juara bayangan? Itu artinya kamu nggak mau mendengar kritikan, kamu takut sama kacoak! Kamu bikin aku marah saja. Ya sudah aku pergi.
Aku : Tunggu Paman…. Jika aku ingin wakuncar dengan Paman Gajahmada, tanpa perlu mengajak Mbah Wiji, bagaimana caranya?
GM : Kamu harus mempertebal ibadahmu. Sana dzikir dulu. Sudah aku pergi!!!
Aku termangu. Kupangil Gajahmada, tetapi tak ada jawaban. Beliau sudah pulang lagi.
Solo, 27 Des 2010
noniruli
Bola Semut Gajahmada Melawan Kacoak
Aku sangat sedih, bukan karena Tim Garuda kalah lawan Malaysia di leg I final AFF. Aku sedih karena Nurdin Halid dan Nugroho Besoes sangat serakah, tak berbagi dalam hal menjual tiket final leg II di Gelora Bung Karno, 29 Desember 2010. Kulihat tiket sampai direbut-rebut di tengah lapangan rumput, banyak perusakan-perusakan di GBK, ini akibat telalu banyaknya pengingkaran panitya penjual tiket. Karena kejadian itu, aku sepertinya mendapat isarat buruk.
Ada bisikan bahwa Nurdin Halid dan Nugroho Besoes akan kena kutuk akibat seringnya terdengar umpatan pemburu tiket. Nyatanya Garuda dibekuk 3-0 oleh Malaysia. Aku merenung sendiri di bawah taburan lintang di Alun-alun keraton Solo. Jam menunjukkan pukul 1 tengah malam, namun aku tak dapat tidur. Itulah sebabnya aku cari angin di sini. Bau wangi terasa bergulir masuk di hidungku. Bau ini seperti wanginya keraton. Aku menoleh. Betapa kaget ketika ada bisikan di telingaku. Aku ingat-ingat, itu seperti suara Mahapatih Gajah Mada. Aku memanggil, dia tertawa kecil menandakan beliau memang sedang menemani aku.
Aku : Paman Gajah...? Aduh..., paman sangat mengagetkanku? Oow, mimpi apa aku ini, mau-maunya Paman Patih nyambangi aku.
GM : Kulihat kamu termenung, ngalamunin apa?
Aku : Paman Gajah. Aku tidak bisa melihat anda, tetapi aku yakin, anda cukup santai di rumput ini, kan? Begini Patih, hatiku sedih. Kami sepertinya hanya boleh eporiah tanpa tropih. Kami taklukkan Philipina, tetapi diganjal Malaysia. Apa benar suporter Malay urik, curang?
GM : Uhhhh, alasan... Kamu belum menang, udah dikrubuti tikus-tikus partai. Media gitu juga. Pemain itu, biar latihan dulu… malah diundang kesana kemari, capaiiii tahu nggak sih?? Mengapa kamu harus nggak sabar menunggu sampai juara?
Aku : Yaachh kami sudah sangat rindu bisa memeluk tropih.
GM : Pernah kubilang, sejak kecil aku sudah dihajar dengan ilmu-ilmu tingkat tinggi. Jika sebulan aku bermain terus 90 menit, aku nggak akan capai. Kamu baru 5 kali main dengan jarak hari saja, sudah lumpuh main yang keenam, di kandang lawan lagi. Jika memang segitu aja bugarnya, ganti saja pemainnya. Energimu sudah dikuras Philipin, ehh pelatih nggak mau ngganti pemain. Final koq spekulasi nurunin pemain mentah.
Aku : Maksudnya Yongki, bukan Bambang atau Irfan yang dipilih?
GM : Bukan itu saja, kurcaci Halid dan Besoes, dia Sengkuni, terlalu serakah. Tak pernah mau belajar dari pengalaman, Sengkuni ini sellau mundur, apalagi tak mau berbagi. Pemain butuh supporter, cari tiket susahnya kayak cari jarum di gurun. Berapa puluh tahun Nugroho Besoes nonggkrong di kursi PSSI, nggak becus becus lagi? Kamu nggak bisa cerdas karena nyandar di dadanya. Itulah tikus-tikus yang bikin mental pemain selalu blong-blongan, dikacau hal-hal sepele. Besoes itu nggak ada matinya di PSSI. Hebat, kayak Suharto. Hamili cewek nggak tanggung jawab, bisa duduk terus di tahtanya.
Aku : Tapi Halid punya mimpi besar, mau jadikan Indonesia tuan rumah Piala Dunia..
GM : Wk wk wk wk, kodokpun tertawa. Mantan napi itu jogetnya persis kacoak. Kacoak kalau terbang, kalau berjalan, nggak punya tujuan, nggak punya mata, asal terbang, asal jalan. Pintarnya kalau diserang, sigap sekali, gesit berlari dan sembunyi. Dipenggal kepalanyapun masih tahan hidup seminggu.
Aku : Itu Nurdin Halid?
GM : Kadang kayak kacoak, kadang tikus.
Aku : Mengapa Paman tidak menyemangati Tim Garuda?
GM :Kamu harus mengasah diri punya mental juara! Pelajari dan amalkan 15 cara jadi manusia sejati Gajah Kencana. Dicontoh itu!!! Gajahmada bermental juara, nggak pernah kalah. Kalau Gajahmada kalah itu karena dipecat Hayam Wuruk.
Aku : Kami kalah karena diteror laser supporter lawan.
GM : Kabar gawang Markus disebari kuman sampai bengkak…? Cari alasan apa lagi! Biarkan yang capai bobo nyenyak, gantilah pemain. Asah mental juaranya… kalau tidak mau, ya sudah.
Aku : Jika Halid dan Besoes dikutuk, Garuda gagal?
GM : Dia harus minta ampun dulu pada bangsamu, lalu keduanya harus langsung turun tahta!!!
Aku : Itu malah pengecut Paman Gajah!
GM : Sudah diampuni beribu kali, kali ini masih ada ampun? Sekarang pilih Garuda di dadamu atau membela segelintir kurcaci?
Aku : Mereka bukan kurcaci, mereka momok!! Kalau Besoes itu unthul bawangnya Halid. Sedang Halid itu tukang cetak duit ndoronya. Imbalannya ketua PSSI. Nggak ada pejabat yang berani sama Halid.
GM : Wk wk wk… apa dia itu Gajahmada, sampai pada takut wk wk wk wk… Itu takut pada duitnya, bukan pada Halidnya!
Aku : Di jaman Majapahit, apakah sudah ada sepakbola?
GM : Ada, bolanya kelapa, dibakar dengan api besar. Namanya bal-balan api.
Aku : Lapangannya mana, kenapa Majapahit tidak ninggalin stadion, kayak Yunani ninggalin stadion Olimpyade?
GM : Dulu belum ada kompetisi, jadi belum kepikir bikin stadion. Wong FIFA aja dibentuknya baru abad 20. Nah kamu tahu Alun-alun? Di Alun-alun itulah semua kegiatan rakyat dilaksanakan!
Aku : Suporter sering bikin onar, ribut, rusuh, ngrusak dan mbakar-mbakar. Yang paling ganas Bonek! Apakah ini termasuk tinggalan Majapahit?
GM : Kurangajar, Bonek bukan warisan Majapahit. Bonek ini ‘koloni semut’. Semut itu jika sendiran, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi jika sekerumunan, mereka bisa kerja gotong royong, dengan tugas masing-masing, tanpa komando, tanpa manajemen, langsung tepuk dada, inilah bonek!
Aku : Jadi supporter Garuda itu samakah dengan Koloni Semut?
GM : Koloni semut pasti menang jika gotong royong menyerang kacoak. Moso kacoak satu saja selalu menang melawan koloni semut???
Aku : Qiqqiqiqi… Iya deh, biar koloni emut menyerang kacoak, tunggu Paman. Koloni semut sejumlah milyaran, tak akan kuat ngangkat Garuda! Itu artinya Paman Patih tidak mendukung Tim Garuda.
GM : Heh, sejelek apapun, itu milik kita, harus terus didukung! Apa kamu mau terus-terusan jadi juara bayangan? Itu artinya kamu nggak mau mendengar kritikan, kamu takut sama kacoak! Kamu bikin aku marah saja. Ya sudah aku pergi.
Aku : Tunggu Paman…. Jika aku ingin wakuncar dengan Paman Gajahmada, tanpa perlu mengajak Mbah Wiji, bagaimana caranya?
GM : Kamu harus mempertebal ibadahmu. Sana dzikir dulu. Sudah aku pergi!!!
Aku termangu. Kupangil Gajahmada, tetapi tak ada jawaban. Beliau sudah pulang lagi.
Solo, 27 Des 2010
noniruli
Langganan:
Postingan (Atom)