Wawancara Imajiner dengan Gajahmada 3
Saling Ejek Dengan Gajahmada
Agak terengah-engah aku berjalan menuju batu candi untuk menemui Patih Gajahmada bersama Mbah Wiji. Meski aku lebih mudah 4 kali ipat dibanding Siembah, tetapi, dukun pemangggil arwah itu tak tampak kepayahan. Ilmu kuno memang cukup mengagumkan. Selang berapa lama aku sudah duduk di gundukan batu yang sepi, dan disitulah aku kembali bertemu dengan Patih Gajahmada. Maka wawancara imajinerku ini kulanjutkan lagi.
Aku : Mahapatih, sekarang aku ingin menggali budaya di jaman Jawa kuno. Ini karena kami terasa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Bagaimana sejarahnya hingga kami jadi bangsa yang sulit majunya.... Kami gemar mengikuti perkembagan jaman, tetapi tetap jadi bangsa dunia ketiga, terbelakang. Apakah kami ini telah kehilangan kepribadian?
GM : Wong Jowo ilang Jawane? Itu sudah nular ke suku lain! Dulu perempuan pakai kebaya. Sekarang, kamupun tak pernah pakai rok, pakai celana terus…!
Aku : Wadduuhh Patih, soalnya lebih praktis. Tetapi maksud pertanyaanku, percampuran antar suku akan menjadi bagus jika melahirkan kepribadian baru yang dahsyat. Amerika Serikat berasal dari sejuta bangsa di dunia dan melahirkan negara adidaya AS. Kenapa kami melahirkan budaya KKN?
GM : Ya salah siapa?! Hidup ini kan berlanjut, yang hidup lebih dulu memberi tinggalan. Tetapi orang sekarang merasa bahwa yang terdahulu itu kuno. Padahal kamu sering mengandalkan kebanggaan yang sudah diwariskan. Kamu bangga kami tinggali wayang, batik, ukiran, huruf ajisoko, pawukon, reog, tari, bahasa, gamelan dll. Tapi orang sekarang malas berkarya lagi. Lihat itu, orang bule pantang menyerah, kerja terus sampai maunya tercapai! Kamu kerja selalu merasa terbentur modal.
Aku : Aduh patih, 145 tahun kami dijajah Belanda. Belanda jahat, harta kami dirampok, sekolahpun nggak boleh. Simbah-simbah dan orang desa saat inipun masih banyak yang buta huruf.
GM : Kamu kecewa, yang menjajah bukan Inggris, tetapi Londo Belanda? Dijajah Inggris memang lebih beradab. Waktu kamu dijajah Ingrris, Stanford Raffles ngajari ngatur pemerintahan, ngilangin tanam paksa, ngelarang budak dijual, ngenalin sistem hak milik tanah, ngerehap Borobudur, neliti budaya Jawa kuno, lalu nulis The History of Java. Kalau otak Londo itu ngeres, maunya karena kamu inlander ya udah jadi babu kawan kebo aja. Makanya kamu punya jutaan TKI, kamu beli devisa njual TKI, kan?
Aku : Mengapa anda mengejek kami terus?
GM : Di jamanku, rakyat pergi keluar negeri untuk belajar, bukan untuk jadi kuli atau babu. Kamu sudah 65 tahun merdeka, tapi masih kulihat wajah rakyatmu persis seperti Pithecanthropus Erectus, kayak fosil manusia Jawa dari Sangiran. Itu kan wajah 2 juta tahun yang lalu. Harusnya rupa wanitanya minimal kayak Nunung Srimulat, bagusnya kayak Luna Maya. Jangan-jangan seabad lagi rakyatmu masih berwajah tak enak dipandang….
Aku : Yaachh ngejek lagi… Pergi ke salon beayanya mahal, patih.
GM : Kamupun nggak bisa nangkep maksudku! Orang buruk rupa, jika pintar karena suka belajar, wajahnya akan tampak cerdas, bukan bloon and o’on. Kamu liat Trio Macan, meski tiap hari ke salon, tapi wajahnya tetep ndangdut, bukan wajah orang cerdas. Orang cerdas pasti mematut diri, nggak mungkin jadi gelandangan.
Aku : Apakah kami salah didik atau kwalitas bangsa ini yang di bawah nol…? Atau apakah anda menyalahkan Belanda? Kalau saya menyalahkan raja-raja kuno, termasuk anda Patih, karena kami kini menjadi bangsa yang sangat ruwet seperti sekarang.
GM : Enak saja kamu bicara ….
Aku : Patih, bangsa Indonesia itu, apakah punya sejarah asli? Setahuku, orang kuno menyontek orang India saja.
GM : Wajarlah, kita sebenarnya pernah dijajah India. Raja-raja kuno mulai dari kerajaan Salakanagara hingga Empu Sendok di Kanjuruhan, itu orang India. Mereka membawa agama Hindu Budha dan Mahabharata. Tetapi karena mereka lantas menetap lalu pada kawin dengan pribumi dan campur baur dengan pendatang lain seperti dari Yunan dsb, akhirnya jadi kamu-kamulah penduduk penghuni Indonesia itu.
Aku : Lalu bagaimana asal mula tanah Jawa, Sumatera, Kalimantan sebelum kedatangan raja-raja dari India? Apa agama penduduknya? Jika dulu animis, lalu masuk Hindu Budha Islam Kristen, sekarang banyak yang mengaku jadi nabi!
GM : Kamu tidak pernah membaca buku sejarah ya?
Aku : Maksud saya, bagaimana cerita adanya pulau Jawa ketika anda menjadi Patih?
GM : Jawa, Sumatera itu dulu terapung-apung di laut. Maka perlu paku agar pulau ini tidak gonjang ganjing. Lima ribu tahun sebelum ada aku, masih banyak dewa yang terjun ke bumi. Mereka lalu membuat paku besar yang ditancapkan di gunung dan menembus laut hingga pulau jawa dan Sumatera bisa lengket dengan tanah terdalam di dasar laut.
Aku : Oooo aduhhh, itu kan legenda, cerita mau bobo. Kalau benar, pakunya sebesar apa, ditancapkan dimana, pakai palu segede apa? (aku Tanya sambil ihik-ihik)
GM : Di Yunani saja ada dewa Zeus, Aries, Aprodite dll. Di Jawa ada Batara Guru, Wisnu dsb. Namanya dewa nggak perlu palu. Pakunya ditancapkan di gunung Tidar Jawa Tengah. Dulu agama Jawa itu kebathinan, menuju sangkan paraning dumadi. Intiny semua keperluan hidup manusia sudah ada di Alam Semesta ini. Mereka percaya bahwa dari yang gaib akan kembali ke arah yang gaib. Jalannya pakai proses yang panjang. Sampai sekarang agama Jawa itu masih ada, bahkan kian besar dan dilindungi. Agama inilah tinggalan asli bangsamu yang tidak ada di dunia lain.
Aku : Intinya bagaimana masuk ke kebatinan itu?
GM : Dengan banyak-banyak lelaku dan meditasi
Aku : Benarkah anda seorang muslim?
GM : Nanti jika umat Muhammadiyah sudah selesai meneliti diriku, mereka bisa bilang kalau aku ini muslim atau bukan.
Aku : Pada saat anda menjadi patih, sudahkah agama Islam masuk di Jawa
GM : Sudah. Paman Jayabaya saja dapat banyak-banyak ilmu dari orang Islam Arab.
Aku : Bagaimana dengan Pawukon? Kami tak lagi akrab dengan pawukon, tak lagi familier dengan wuku atau paribasan Jawa. Itukah yang membuat kami lelet, lha wong gending-gending gamelan itu iramanya nglaras?!!
GM : Kurangajar kamu!!!
Aku : Oooo oh, maaf, mohon maaf, Patih. Ok, ucapan gending itu saya tarik Saya nanya tentang pawukon saja. Ada yang bilang, pawukon sudah berumur 17 ribu tahun, tapi ada yang bilang baru tercipta sekitar tahun 700-an SM. Mana yang benar?
GM : Dulu aku ke Yucatan ketemuan dengan orang Maya berhubung study banding tentang pawukon. Pawukon bukan sekedar horoskop, nenek-moyang kita sudah kenal astronomi dan astrologi. Dewi Shinta itu lambang planet bumi. Suaminya Resi Ayodya planet Yupiter. Dewi Soma planet Bulan, Anggara Mars, Sukra itu Venus, Dewi Tumpak Saturnus dll.
Aku : Itu tahun berapa ada Dewi Sinta dan Resi Ayodya dihubungkan dengan planet?
GM : Ini yang ramai. Karena budaya tulis baru ada setelah orang India datang dengan membawa huruf Pallava, huruf Jawa kawi terdesak. Benar, pawukon sudah ada 17 ribu tahun yl lebih, itu ada bukti astronominya. Tapi ditulisnya baru abad 10, sejarahnya disesuaikan dengan lelakon penguasa masa penulisannya yaitu Radite, raja Medangkamulan, bergelar Watugunung. Kamu pasti bingung, banyak versi tentang cerita Watugunung. Itu karena setiap 200 tahun, bahasa selalu berubah sesuai perkembangan. Jika Watugunung hidup di abad 8, sekarang abad 21, ada kemungkinan berubah 6 kali, jadi ada 6 versi. Jika penulisnya 10 orang, sudah ada 60 versi. Itu sama kayak cerita diriku, ada 100 versi lebih,!
Aku : Jadi pawukon merupakan budaya asli Indonesia? Buktinya apa?
GM : Di Pawukon ada pasaran Pon Wage Kliwon Legi Pahing? Mana ada kalender dunia kayak gitu? Kalau bulannya bernama Koso, Karo, Ketigo, Kapat, Kalimo, Kanem, Kapitu, Kawolu, Kesongo, Kesepuluh, Apit Lemah dan Apit Kayu.
Aku : Tetapi pasaran Kliwon – Legi – Paing – Pon – Wage hanya dipakai orang Jawa itupun di desa-desa. Bagaimana asal nama 5 pasaran?
GM : Asalnya dari nama 5 roh hidup jasmani manusia, maknanya agar orang tahu dirinya sendiri, istilahnya sadulur papat lima pancer. Nantinya disebut ingsun atau sukma yang menjadi jasmani manusia berwujud tanah – air – api – udara. Makanya orang Jawa bisa astrologi karena masing-masing unsur punya karakter. Kalau kamu lahir Selasa Legi karakternya beda dengan karakter Selasa Kliwon, semuanya sesuai dengan karakter bintangnya. Nama bulan Jawa itu ngoko semua, Kaso, Karo, Katigo dsb, itu bahasa Jawa Ngoko. Di Jawa bahasa ada tingkatannya, ada Kromo Inggil dan Ngoko. Itu semua bukti bahwa Nusantara punya peradaban, sudah tinggi ilmu kerohaniannya. Meski diserbu budaya asing dari India, China, Yunan, Afrika, Arab dsb, budaya lokal sangat kuat, sebab lakon lokalnya tetep saja bertahan hingga sekarang! Kamu masih sangsi? Kalau nggak ercaya ya sudah aku pergi saja. Udah, aku capek!!!
Gajahmada hilang dari hadapanku, yang tinggal adalah Mbah Wiji yang masih berusaha menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri. Aku masih termangu mendengar kata-kata Gajahmada.
Rabu, 15 Desember 2010
Mimpi Besar Patih Gajahmada Wawancara Imajiner
Wawancara Imajiner dengan Gajahmada 2
Mimpi Besar Patih Gajahmada
Seminggu setelah wawancara imjiner dengan Gajahmada, aku mengajak si pemanggil arwah Mbah Wiji, untuk menemui Mahapatih Gajahmada lagi. Tidak begitu sulit untuk menghadirkan beliau kembali, apalagi beliau sudah mengenal aku dan bersedia melanjutkan wawancaranya.
Aku : Aku mohon maaf tuan jika mengganggu tidurmu kembali. Aku belum puas dengan wawancara yang pertama. Aku masih penasaran, karena sulit bagi kami untuk membuat sebuah batasan tentang nilai sebuah kesatuan.
GM : Sudah kubilang tho, rumusan peradaban dan pembangunan manusia berkwalitas ada di otakku.
Aku : Yang tersimpan itu, berikan pada kami. Aku ingin menyerap ilmu anda, tetapi aku tidak punya kemampuan sedot ilmu.
GM : Hayahhh… manusia sekarang bisa apa? Hanya orang kuno yang punya cipta karya klasik. Itu karena semua hidup hanya ditujukan untuk keagungan Yang Kuasa, tidak mata duitan dan egois seperti kamu! Kamu hanya bisa nguri-uri, itu jika kau hargai. Kalau tidak, ya udah, diambil bangsa lain!
Aku : Aduh patih, anda mengejek kami rasanya! Tetapi itu benar patih. Rasanya kami tidak terbiasa dengan hak paten atau dokumen penulisan sejarah. Kami kehilangan jejak sejarah, bahkan jejak sejarah anda.
GM : Walah-walah…, baru terasa setelah diklaim Malaysia? Tetapi apa kamu punya catatan sejarah bangsamu abad 1 SM, 1000 tahun atau jaman terciptanya Pawukon? Manusia Sangiran sudah lebih 200 ribu tahun lalu. Habis itu jogetnya mana kau tahu? Sadar-sadar, kamu sudah berada di bahwa Ken Arok, ya kan?
Aku : Kami belajar sejarah dari prasasti, catatan Ptolomeus, dari orang Mesir, pedagang dan prajurit kerajaan China, juga beberapa buku kuno. Kata Ptolomeus, kita orang sudah maju, bisa dagang sampai Afrika. Kami juga punya dongeng, kami sudah berbudaya sejak jaman Pithecanthropus Erectus, sejak terciptanya pawukon jaman raja Watugunung. Juga cerita arsitek huruf Jawa Ajisaka. Tetapi mengapa anda tidak menciptakan budaya penulisan sejarah bagi masa sebelum dan sesudah Majapahit? Rasanya, saya ingin menyalahkan anda, tidak meninggalkan catatan kuno minimal 1000 tahun sebelum jaman Majapahit.
GM : E e…, memang aku buta huruf apa…? Kau pikir Majapahit tidak punya pujangga? Banyak itu, penulisannya pun juga bejibun, hasilnya ada jutaan lontar.
Aku : Oh ya? Kalau begitu, Majapahit benar-benar kerajaan besar. Lalu dengan huruf apa lontar itu ditulis, huruf latin, huruf Jawa atau China? Bahan tulisannya apa?
GM : Kalau aku curi buku orang China, aku belajar huruf dan bahasa China, juga yang dari Mesir, India dan Romawi. Adityawarman dan Nala bisa mengikuti pintarku. Prapanca bisa menulis. Kamu tahu, Ajisaka itu hidup 5 abad sebelum kami. Tulisan jawa hanacaraka-nya sudah berkembang pesat. Para pujangga bisa nulis apa saja, tetapi nggak ada yang model Ziarahnya Iwan Simatupang.
Aku : Ihik. Tetapi, apa tinggalannya, apa hartanya, mana lontarnya? Mengapa kerajaan-kerajaan penerusnya miskin, tidak kaya seperti kerajaan Inggris atau Brunei. Keraton Solo malah disubsidi, keraton Yogya diobok-obok keistimewaannya. Dan mana itu catatan yang jutaan dari Majapahit?
GM : Kalau habis karena perebutan tahta kerajaan. Kalau hilang dirampok penjajah. Mereka memang biadab. Itu seperti orang Spanyol dan Portugal, setelah menjajah, merampas hartanya, lalu membumi-hanguskan budaya-budaya Maya, Astez dan Inca hingga bangsa itu kayak antah berantah. Belanda juga begitu.
Aku : Jadi orang bule bisa kaya, karena merampas harta kerajaan kita?
GM : Kaya dari hasil rampasan harta karun di negara-negara Asia, Afrika, Australia dan Amerika. Harta ratusan kerajaan nusantara dirampas Belanda, termasuk emas-emas kerajaan Majapahit. Disimpan di Javache bank, lalu dirampas Jerman karena menang perang lawan Belanda. Pada Perang Dunia II, Jerman dikalahkan AS, kini harta nusantara terhimpun di bank sentral AS, Fed Bank.
Aku : Wah… benarkah, artinya kita bisa minta kembali harta kerajaan nusantara itu?
GM : Dulu Soekarno pernah dijanjikan Kennedy, tetapi keduanya mati tak wajar. Aku rasa Goerge Soros berperan disitu. Kamu mau ikut-ikutan cari harta kerajaan nusantara? Tunggu sampai Soros mati. Harta yang di Fed Bank, bisa buat mbangun seribu kota seperti New York. Majapahit di jamanku sangat kaya. Disuruh membangun seribu Taj Mahal, mampu itu!!!
Aku : Kenapa tidak membangun 3 Taj Mahal saja?
GM : Baru akan kubuat, eee, aku sudah terlanjur dipecat….
Aku : Bagaimana dengan budaya kita, juga dibakar Belanda?
GM : Kami punya jutaan buku-buku, baik ditulis para empu atau yang aku rampas dari filsuf-filsuf asing. Sedihnya, kita tidak punya budaya membaca, jadi ketika buku-buku dirampas dan dibakari, semua diam nggak ada yang teriak. Masih untung ada budaya tutur tinular, itu yang tidak bisa dipenggal. Tetapi bahasa tutur selalu berubah sesuai penuturnya.
Aku : Memang begitu patih, sejarah adalah milik penguasa yang menang.
GM : Suharto itu tentara, dia berjiwa ksatria, termasuk ksatria paling lihai nutupi boroknya. Masih untung dia tidak merajakan diri, meski merasa lebih tinggi dari raja-raja Solo atau Yogya. Sejak dulu para bangsawan dan pejabat setingkat lurah saja, mereka sudah merasa seolah manusia paling tinggi derajadnya. Maka aku menggugah rakyatku untuk menjadi manusia Gajah Kencana dengan 15 prinsip sikap hidup ksatria sejati.
Aku : Kenapa prinsip ksatria sejati tidak mengakar menjadi sikap hidup dan adat budaya? Benarkah kami jadi gagap karena negara kami adalah tempat persilangan budaya berbagai bangsa yang pada datang kesini?
GM : Gagap…? Apakah kamu sudah tahu, apa isi 15 prinsip hidup sejati itu?
Aku : Belum patih…, kalau tahu, pasti tidak tanya!
GM : 15 Prinsip sikap ksatria sejati itu tercermin pada para pejuang 45 bangsamu yang membuat negaramu merdeka dari cengkeraman Belanda dan Jepang, mereka rela mati tanpa pamrih! Sekarang, pribadi Gajah Kencana hilang lenyap dari kamu-kamu, makanya pada korupsi! Padahal sebenarnya gampang diajarkan. Dengan tehnologi informasi, satukan bangsamu. Kan ada televisi. Syaratnya satu… tv bukan sekedar alat bisnis! Salah meramu, itu jadi boomerang!
Aku : Tapi sekarang, semua dinilai dengan uang. Kalau lurahnya kaya punya helicopter, dia punya derajad tinggi! Kalau hanya bersepeda onthel, disuruh nyapu halaman pun, mau. Ini pasti tidak terjadi pada jaman anda.
GM : Aku beri tanah lungguh bagi abdi dalem negara. Rakyat diminta membuka lahan, hasilnya jadi milik rakyat. Negara belum tentukan pajak, rakyat tahu seberapa banyak memberi upeti. Lalu aku ciptakan strandart pajak untuk membangun negara. Lha, di jaman Suharto itulah awal berubahnya sikap dan adat budaya kamu! Semua berbisnis pakai duit orang lain! Itu jadikan kamu sebagai bangsa pencari duit yang egois, tak kenal ampun dan tak kenal kemanusiaan! Tetapi itu hanya sebagian kecilorang. Mengapa? Karena dikejar target jatuh tempo. Kamu jadi berangasan, nerjang kiri kanan, harga dirimu dijual dengan duit. Jadi terkenal lebih mahal daripada sekedar malu. Contohnya Gayus Tambunan. Kian terkenal, kian tertawa di balik penjara-penjaraannya.
Aku : Penjara-penjaraan?
GM : Kalau mobil, mobil-mobilan. Penjara Gayus kan penjara-penjaraan, itu penjara mainan!!! (aku tersenyum)
Aku : Patih ngikuti berita kami terus, ya…??? Jadi apa yang seharusnya dipelajari oleh bangsa ini?
GM : Satu yang harus diterapkan, ulet! Rumusnya itu. Ulet itu akan membawa kemana saja kamu mau! Dulu aku ulet, ulet, ulet, tekun kunnn…. Celakanya falsafah nrimo ing pandum hanya diartikan, seberapa dia terima rejeki, lalu pasrah! Itu salah besar!
Aku : Lho, kata patih dulu, nrimo ing pandum itu falsafah yang sepele!
GM : Karena bunyinya hanya begitu, orang ngartikannya ya hanya segitu. Tetapi bagi yang punya otak, paribasan itu sangat tajam! Nrimo ing pandum itu maksudnya perjuangkan sampai seulet-uletnya pandummu, nasibmu, bakatmu, hidupmu, sampai titik darah terakhir. Maka kamu akan dapat pahala yang sebesar-besarnya hingga sukses lahir bathin. Inilah yang tidak kamu ketahui.
Aku : Wah, berarti anda mengoreksi paribasan nrimo ing pandum ini bukan lagi sekedar falsafah yang sepele bukan??
GM : Ya bisa saja. Aku akan bilang salah kalau aku salah! Aku ini ksatria, setiap kesalahan adalah pelajaran berharga. Aku tak bisa sejauh ini tanpa kesalahan! Repotnya orang sekarang, kesalahan ditutup jangan sampai bau. Kalau dipeti-eskan, besok diulang lagi. Gajahmada tak pernah mengulang kesalahan! Gajahmada adalah manusia paling ulet. Aku tidak pernah berhenti berusaha dan belajar sampai semua berada di tanganku!
Aku : Bagaimana cara menjadi manusia ulet?
GM : Hawa di dalam jiwamu harus bergelora, merah menyala meraih mimpimu!
Aku : Apakah Sang Ratu Tribuana Tunggadewi dan Hayam Wuruk semenggelora itu?
GM : Sudah kubilang bahwa beliau harus diperlakukan seperti anak kecil. Jadi aku harus mendidik beliau meraih mimpinya!!! Sayangnya, tanpa mimpi sudah jadi raja. Hayam Wuruk dilahirkan untuk menjadi raja! Apalagi? Jangan heran jika beliau kurang bercita-cita! Beliau tak pernah bermimpi, tak punya cita-cita megah sebagaimana aku punya cita-cita nusantara bersatu!
Aku : Waduh, jka raja saja tak punya cita-cita, apalagi rakyatnya!
GM : Kamu….! Kamu punya mimpi apa? Bangsamu punya mimpi apa, presidenmu, DPRmu, TVmu, hakimmu, tentaramu, lurahmu, rakyatmu punya mimpi apa? (aku gelagapan).
Aku : Oh, banyak tuan…buaanyaaaakkk sekali! Mbah Surip saja bermimpi jadi insinyur pertambangan, bekerja di Amrik, meski sampai mati tetap sebagai gelandangan ngamen, kerjanya menggendong orang. Wafatnyapun sambil menggendong namanya yang menjulang tinggi.
GM : Soekarno bermimpi meneruskan kejuanganku dengan Pancasila, lalu dipolitisir Suharto dengan P4 apa itu…?
Aku : Ok Patih, jadi apa yang salah dari kami?
GM : Dulu raja berkuasa seumur hidup, kecuali dikudeta atau dibunuh. Negara kamu baru ngrasakan demokrasi sepuluh tahun saja, malah muncul wacana presiden 3 kali masa jabatan. Selalu ada yang mikir mundur… seperti itu mental yesmen, sering muntah tai….
Aku : Patih koq jorok begitu sih...? Apakah itu salah satu dari 15 prinsip ksatria sejati?
GM : Kamu jangan sok ngingatin Gajahmada. Kamu harus tahu, ini adalah sikap amarah besar yang tak terkendali karena aku malu dan kecewa pada sikap yang mundur. Para kurcaci jika bernyanyi persis kayak teman kebo-kebo di sawah. Wataknya Sengkuni. Selalu ada Sengkuni di tiap kekuasaan! Di jamanku, setiap kali ada pemberontakan, entah itu Daha, Kediri, Singosari hingga Majapahit, selalu dimulai dari orang dalam. Watak Sengkuni membawa kesialan, karena mereka adalah pembisik busuk yang dekat dengan kekuasaan. Inilah bahaya laten kekuasaan!!!
Aku : Patih, jangan marah melulu. Kalau patih ikut demo, jangan-jangan ikut bakar-bakaran. Negara ini tidak akan selesai dengan kemarahan. Kami mencari solusi.
GM : Kalau kamu mendidik anak, maka harus dilecut biar belajar. Kalau menteri salah, harus diapain sementara bapaknya bengong melulu? Itulah kalau jadi pemimpin tetapi tak punya mimpi. Tetapi ingat, mimpinya bukan model Mbah Surip. Mimpi seorang pemimpin adalah dimilikinya pikiran besar bagi membangun negara dan sanggup mewujudkannya! Soekarno punya mimpi besar memerdekakan negaranya, itu tercapai. Ia sukses membuat rakyat mencintai negaranya, berani mati demi bangsamu. Tetapi ia tak punya mimpi membangun negaramu menjadi seperti apa?
Aku : Kami punya UUD 45 dan Pancasila!
GM : Apa sesederhana itu? Masih ada jutaan konsep yang harus cepat jadi Undang-undang. UU itu bukan sekedar haluan, bukan sekedar batasan, tetapi sebuah system yang terus diperbaharui sesuai dengan perkembangan jaman. Aku bilang kamu ini bangsa pemakai, apa kamu mau dibilang begitu terus??? Nyatanya kitap KUHPmu juga masih tinggalan londo? Kamu punya Habibie, malah disuruh jadi wapres, bikin pesawatnya bubar. Kamu punya siswa yang cerdas, juara olimpiade, juara bikin robot sedunia. Tetapi apakah bapakmu mikir mau makai potensinya, bikin pabrik besar untuk ekspor?
Aku : Kata Dennis Lombard, bangsa kami menjadi tempat persilangan budaya. Kulturnya jadi beragam dan terlalu mudah menerima pengaruh asing. Jadi, dimulai darimana membangun negara ini, Patih?
GM : Kamu punya modal besar, tetapi jangan sibuk membangun imperium pribadi. Aku lihat itu anak-anak SD, mereka merasa tidak cinta pada negaranya, lebih suka jadi orang Amerika! Apa alasannya? Karena di TV mereka merasa jijik, menilai negative setiap hari direcoki berita demo-demo anarchis, tawuran, penggusuran PKL, bentrok dengan polisi, pembunuhan mutilasi dan sejuta kebobrokan pejabat. Orang TV kayak nggak ngerti ya, itu berita…bikin anak-anak jadi benci pada negaranya sendiri, karena ternyata bangsanya suka berantem, berangasan!!!
Aku : TV punya andil besar merusak mental bangsa?
GM : TV swasta hidup subur dengan mengutamakan segi hiburan. Sampai-sampai kemiskinan dan tangis dieksploitasi jadi media hiburan. Anak-anak SMP pada kepingin jadi artis karena duitnya banyak! Rasa cinta kepada negara jadi luntur. Siswa tidak saling bergaul selain di sekolah. Mereka asyik di internet karena melihat dunia lain yang lebih indah dan mengagumkan daripada negara sendiri.
Aku : Patih…
GM : Kalau kamu mau jadi presiden, kamu mau kampanye apa? Anti korupsi, pejuang rakyat bawah… dan tetek bengek lainnya…??? Wkkk… (GM tertawa terbahak). Rakyatmu lebih doyan duit daripada keteguhan keyakinan. Mengapa? Karena mau makan saja sulit apalagi mau hidup? Nggak beda nyoblos Si A atau B, mereka tetap terpinggirkan. Lebih baik terima duit langsung sekarang.
Aku : Patih, anda hidup di jaman yang sama sekali berbeda dengan jaman sekarang!
GM : Jangan dikira aku tidak mengikuti bangsa ini sampai kapanpun.
Aku : Kalau begitu siapa presiden Indonesia 2014?
GM : Kenapa kamu tidak bertanya kepada paman raja Joyoboyo? (aku tersipu)
Aku : Ok. Apa hubungan antara anak-anak yang tidak mencintai negaranya dengan kampanye menjadi presiden? Lalu bagaimana cinta tanah air anak-anak di jaman anda?
GM : Apa akibatnya jika siswa nggak cinta negaranya? Kamu bisa njawab sendiri! Bangsamu ini sebenarnya mudah diatur, mudah diajak kerja. Presiden bilang, rakyat siap! Jika kamu punya system rambu-rambunya, nyawa bangsamu berharga mahal di dunia dan di akhirat. Bukan mati konyol model bom bunuh diri, atau mati ngenes jadi TKI.
Aku : Kita harus menyiapkan kader sejak bayi lahir?
GM : Waktu kecil, setiap hari aku dihajar dengan ilmu-ilmu kanuragan tingkat tinggi. Kalau anak sekarang digituin, pasti sudah klenger gak sempat teriak! Aku punya pengalaman masa kecil, bermain mencari kodok, angon kebo… Jangan dikira masa kecil tidak punya pengaruh pada dewasanya! Saat angon kebo itulah, aku punya mimpi besar. Kulihat arak-arakan kereta raja ditarik 6 kuda, diiringi ratusan prajurit. Tetapi itu hanya sekejap, aku kecewa, koq hanya segitu, maunya sampai capek dan ngantuk, arak-arakan itu belum selesai. Lalu aku bermimpi menjadi kepala prajurit, pasukannya jutaan. Jadi kalau pawai bisa seharian!
Aku : (Aku tertawa terbahak. Gajahmada tersenyum)
Jadi untuk membangun negara harus dimulai dari pemimpinnya dulu, tuan?
GM : Seorang pemimpin yang punya mimpi besar, pasti sudah tahu, apa yang harus diperbuat untuk negaranya! Rakyatmu sudah sangat memprihatinkan, jangan tunggu datangnya Satrio Paningit. Allah pasti menciptakan pemimpin di era millennium ini. Maka, carilah pemimpinmu! Seorang pemimpin yang tegas dan tidak peragu, cepat, lugas, tangkas, cerdas, disiplin, punya konsep dan punya mimpi besar menjadikan bangsamu sebagai bangsa yang besar!
Aku : Rasanya sudah tidak sabar lagi, tuan. Kami cukup lama menunggu seorang pemimpin! Hinga kini belum ada pemimpin yang lahir dari bawah. Semuanya diusung partai. Padahal tidak ada sekolah partai. Partai punya nama buruk, tendesinya cari kuasa, membagi kuasa, lalu jika sudah duduk lupa berdiri, tak bisa mimpin, lupa sama rakyat, malahan salaman sampai lupa, wanita bukan mukhrimnya dicaplok, akibatnya jadi guyonan gayeng di Amrik sana.
GM : Hahaha…baru secuil bisa bicara di tv, jadi ketua partai itu gampang banget jadi menteri, itu namanya ‘pemimpin guyon’ hasil karya mimpi jejadian.
Aku : Patih, mengapa anda seolah mengelak kata ‘kita’ yang selalu kupakai? Anda selalu bilang ‘kamu’ untuk bangsa Indonesia? Apakah anda menolak nama Indonesia?
GM : Karena aku menamakan negara ini Nuswantara. Itu nama berasal dari muzijat Allah. Aku selalu yakin pada mukzijat Allah. Aku selalu mengawali hari-hari hidupku dengan doa. Allah yang menentukan. Kalau aku hanya diizinkan berjuang bagi negara selama masa jabatananku sebagai patih, Allah juga yang menentukan, bukan karena Diah Pitaloka! Sekarang sudah waktu azan magrib, marilah kita shalat dulu! Besok disambung lagi.
Aku kaget! Sungguh sebuah pernyataan yang sama sekali tak terduga. Gajahmada mau shalat? Aku termangu, apalagi Mbah Wiji sudah terbangun dan kini minum teh manisnya. Mahapatih sudah hilang lagi di hadapanku. Sayup terdengar azan magrib dari kejauhan. Aku bergegas mengambil air wudlu. Tetapi pikiranku dibayangi pernyataan, Gajahmada mau shalat! Apakah ia seorang muslim??? (besok disambung lagi? OK atih, aku siap wakuncar dneganmu lagi).
Mimpi Besar Patih Gajahmada
Seminggu setelah wawancara imjiner dengan Gajahmada, aku mengajak si pemanggil arwah Mbah Wiji, untuk menemui Mahapatih Gajahmada lagi. Tidak begitu sulit untuk menghadirkan beliau kembali, apalagi beliau sudah mengenal aku dan bersedia melanjutkan wawancaranya.
Aku : Aku mohon maaf tuan jika mengganggu tidurmu kembali. Aku belum puas dengan wawancara yang pertama. Aku masih penasaran, karena sulit bagi kami untuk membuat sebuah batasan tentang nilai sebuah kesatuan.
GM : Sudah kubilang tho, rumusan peradaban dan pembangunan manusia berkwalitas ada di otakku.
Aku : Yang tersimpan itu, berikan pada kami. Aku ingin menyerap ilmu anda, tetapi aku tidak punya kemampuan sedot ilmu.
GM : Hayahhh… manusia sekarang bisa apa? Hanya orang kuno yang punya cipta karya klasik. Itu karena semua hidup hanya ditujukan untuk keagungan Yang Kuasa, tidak mata duitan dan egois seperti kamu! Kamu hanya bisa nguri-uri, itu jika kau hargai. Kalau tidak, ya udah, diambil bangsa lain!
Aku : Aduh patih, anda mengejek kami rasanya! Tetapi itu benar patih. Rasanya kami tidak terbiasa dengan hak paten atau dokumen penulisan sejarah. Kami kehilangan jejak sejarah, bahkan jejak sejarah anda.
GM : Walah-walah…, baru terasa setelah diklaim Malaysia? Tetapi apa kamu punya catatan sejarah bangsamu abad 1 SM, 1000 tahun atau jaman terciptanya Pawukon? Manusia Sangiran sudah lebih 200 ribu tahun lalu. Habis itu jogetnya mana kau tahu? Sadar-sadar, kamu sudah berada di bahwa Ken Arok, ya kan?
Aku : Kami belajar sejarah dari prasasti, catatan Ptolomeus, dari orang Mesir, pedagang dan prajurit kerajaan China, juga beberapa buku kuno. Kata Ptolomeus, kita orang sudah maju, bisa dagang sampai Afrika. Kami juga punya dongeng, kami sudah berbudaya sejak jaman Pithecanthropus Erectus, sejak terciptanya pawukon jaman raja Watugunung. Juga cerita arsitek huruf Jawa Ajisaka. Tetapi mengapa anda tidak menciptakan budaya penulisan sejarah bagi masa sebelum dan sesudah Majapahit? Rasanya, saya ingin menyalahkan anda, tidak meninggalkan catatan kuno minimal 1000 tahun sebelum jaman Majapahit.
GM : E e…, memang aku buta huruf apa…? Kau pikir Majapahit tidak punya pujangga? Banyak itu, penulisannya pun juga bejibun, hasilnya ada jutaan lontar.
Aku : Oh ya? Kalau begitu, Majapahit benar-benar kerajaan besar. Lalu dengan huruf apa lontar itu ditulis, huruf latin, huruf Jawa atau China? Bahan tulisannya apa?
GM : Kalau aku curi buku orang China, aku belajar huruf dan bahasa China, juga yang dari Mesir, India dan Romawi. Adityawarman dan Nala bisa mengikuti pintarku. Prapanca bisa menulis. Kamu tahu, Ajisaka itu hidup 5 abad sebelum kami. Tulisan jawa hanacaraka-nya sudah berkembang pesat. Para pujangga bisa nulis apa saja, tetapi nggak ada yang model Ziarahnya Iwan Simatupang.
Aku : Ihik. Tetapi, apa tinggalannya, apa hartanya, mana lontarnya? Mengapa kerajaan-kerajaan penerusnya miskin, tidak kaya seperti kerajaan Inggris atau Brunei. Keraton Solo malah disubsidi, keraton Yogya diobok-obok keistimewaannya. Dan mana itu catatan yang jutaan dari Majapahit?
GM : Kalau habis karena perebutan tahta kerajaan. Kalau hilang dirampok penjajah. Mereka memang biadab. Itu seperti orang Spanyol dan Portugal, setelah menjajah, merampas hartanya, lalu membumi-hanguskan budaya-budaya Maya, Astez dan Inca hingga bangsa itu kayak antah berantah. Belanda juga begitu.
Aku : Jadi orang bule bisa kaya, karena merampas harta kerajaan kita?
GM : Kaya dari hasil rampasan harta karun di negara-negara Asia, Afrika, Australia dan Amerika. Harta ratusan kerajaan nusantara dirampas Belanda, termasuk emas-emas kerajaan Majapahit. Disimpan di Javache bank, lalu dirampas Jerman karena menang perang lawan Belanda. Pada Perang Dunia II, Jerman dikalahkan AS, kini harta nusantara terhimpun di bank sentral AS, Fed Bank.
Aku : Wah… benarkah, artinya kita bisa minta kembali harta kerajaan nusantara itu?
GM : Dulu Soekarno pernah dijanjikan Kennedy, tetapi keduanya mati tak wajar. Aku rasa Goerge Soros berperan disitu. Kamu mau ikut-ikutan cari harta kerajaan nusantara? Tunggu sampai Soros mati. Harta yang di Fed Bank, bisa buat mbangun seribu kota seperti New York. Majapahit di jamanku sangat kaya. Disuruh membangun seribu Taj Mahal, mampu itu!!!
Aku : Kenapa tidak membangun 3 Taj Mahal saja?
GM : Baru akan kubuat, eee, aku sudah terlanjur dipecat….
Aku : Bagaimana dengan budaya kita, juga dibakar Belanda?
GM : Kami punya jutaan buku-buku, baik ditulis para empu atau yang aku rampas dari filsuf-filsuf asing. Sedihnya, kita tidak punya budaya membaca, jadi ketika buku-buku dirampas dan dibakari, semua diam nggak ada yang teriak. Masih untung ada budaya tutur tinular, itu yang tidak bisa dipenggal. Tetapi bahasa tutur selalu berubah sesuai penuturnya.
Aku : Memang begitu patih, sejarah adalah milik penguasa yang menang.
GM : Suharto itu tentara, dia berjiwa ksatria, termasuk ksatria paling lihai nutupi boroknya. Masih untung dia tidak merajakan diri, meski merasa lebih tinggi dari raja-raja Solo atau Yogya. Sejak dulu para bangsawan dan pejabat setingkat lurah saja, mereka sudah merasa seolah manusia paling tinggi derajadnya. Maka aku menggugah rakyatku untuk menjadi manusia Gajah Kencana dengan 15 prinsip sikap hidup ksatria sejati.
Aku : Kenapa prinsip ksatria sejati tidak mengakar menjadi sikap hidup dan adat budaya? Benarkah kami jadi gagap karena negara kami adalah tempat persilangan budaya berbagai bangsa yang pada datang kesini?
GM : Gagap…? Apakah kamu sudah tahu, apa isi 15 prinsip hidup sejati itu?
Aku : Belum patih…, kalau tahu, pasti tidak tanya!
GM : 15 Prinsip sikap ksatria sejati itu tercermin pada para pejuang 45 bangsamu yang membuat negaramu merdeka dari cengkeraman Belanda dan Jepang, mereka rela mati tanpa pamrih! Sekarang, pribadi Gajah Kencana hilang lenyap dari kamu-kamu, makanya pada korupsi! Padahal sebenarnya gampang diajarkan. Dengan tehnologi informasi, satukan bangsamu. Kan ada televisi. Syaratnya satu… tv bukan sekedar alat bisnis! Salah meramu, itu jadi boomerang!
Aku : Tapi sekarang, semua dinilai dengan uang. Kalau lurahnya kaya punya helicopter, dia punya derajad tinggi! Kalau hanya bersepeda onthel, disuruh nyapu halaman pun, mau. Ini pasti tidak terjadi pada jaman anda.
GM : Aku beri tanah lungguh bagi abdi dalem negara. Rakyat diminta membuka lahan, hasilnya jadi milik rakyat. Negara belum tentukan pajak, rakyat tahu seberapa banyak memberi upeti. Lalu aku ciptakan strandart pajak untuk membangun negara. Lha, di jaman Suharto itulah awal berubahnya sikap dan adat budaya kamu! Semua berbisnis pakai duit orang lain! Itu jadikan kamu sebagai bangsa pencari duit yang egois, tak kenal ampun dan tak kenal kemanusiaan! Tetapi itu hanya sebagian kecilorang. Mengapa? Karena dikejar target jatuh tempo. Kamu jadi berangasan, nerjang kiri kanan, harga dirimu dijual dengan duit. Jadi terkenal lebih mahal daripada sekedar malu. Contohnya Gayus Tambunan. Kian terkenal, kian tertawa di balik penjara-penjaraannya.
Aku : Penjara-penjaraan?
GM : Kalau mobil, mobil-mobilan. Penjara Gayus kan penjara-penjaraan, itu penjara mainan!!! (aku tersenyum)
Aku : Patih ngikuti berita kami terus, ya…??? Jadi apa yang seharusnya dipelajari oleh bangsa ini?
GM : Satu yang harus diterapkan, ulet! Rumusnya itu. Ulet itu akan membawa kemana saja kamu mau! Dulu aku ulet, ulet, ulet, tekun kunnn…. Celakanya falsafah nrimo ing pandum hanya diartikan, seberapa dia terima rejeki, lalu pasrah! Itu salah besar!
Aku : Lho, kata patih dulu, nrimo ing pandum itu falsafah yang sepele!
GM : Karena bunyinya hanya begitu, orang ngartikannya ya hanya segitu. Tetapi bagi yang punya otak, paribasan itu sangat tajam! Nrimo ing pandum itu maksudnya perjuangkan sampai seulet-uletnya pandummu, nasibmu, bakatmu, hidupmu, sampai titik darah terakhir. Maka kamu akan dapat pahala yang sebesar-besarnya hingga sukses lahir bathin. Inilah yang tidak kamu ketahui.
Aku : Wah, berarti anda mengoreksi paribasan nrimo ing pandum ini bukan lagi sekedar falsafah yang sepele bukan??
GM : Ya bisa saja. Aku akan bilang salah kalau aku salah! Aku ini ksatria, setiap kesalahan adalah pelajaran berharga. Aku tak bisa sejauh ini tanpa kesalahan! Repotnya orang sekarang, kesalahan ditutup jangan sampai bau. Kalau dipeti-eskan, besok diulang lagi. Gajahmada tak pernah mengulang kesalahan! Gajahmada adalah manusia paling ulet. Aku tidak pernah berhenti berusaha dan belajar sampai semua berada di tanganku!
Aku : Bagaimana cara menjadi manusia ulet?
GM : Hawa di dalam jiwamu harus bergelora, merah menyala meraih mimpimu!
Aku : Apakah Sang Ratu Tribuana Tunggadewi dan Hayam Wuruk semenggelora itu?
GM : Sudah kubilang bahwa beliau harus diperlakukan seperti anak kecil. Jadi aku harus mendidik beliau meraih mimpinya!!! Sayangnya, tanpa mimpi sudah jadi raja. Hayam Wuruk dilahirkan untuk menjadi raja! Apalagi? Jangan heran jika beliau kurang bercita-cita! Beliau tak pernah bermimpi, tak punya cita-cita megah sebagaimana aku punya cita-cita nusantara bersatu!
Aku : Waduh, jka raja saja tak punya cita-cita, apalagi rakyatnya!
GM : Kamu….! Kamu punya mimpi apa? Bangsamu punya mimpi apa, presidenmu, DPRmu, TVmu, hakimmu, tentaramu, lurahmu, rakyatmu punya mimpi apa? (aku gelagapan).
Aku : Oh, banyak tuan…buaanyaaaakkk sekali! Mbah Surip saja bermimpi jadi insinyur pertambangan, bekerja di Amrik, meski sampai mati tetap sebagai gelandangan ngamen, kerjanya menggendong orang. Wafatnyapun sambil menggendong namanya yang menjulang tinggi.
GM : Soekarno bermimpi meneruskan kejuanganku dengan Pancasila, lalu dipolitisir Suharto dengan P4 apa itu…?
Aku : Ok Patih, jadi apa yang salah dari kami?
GM : Dulu raja berkuasa seumur hidup, kecuali dikudeta atau dibunuh. Negara kamu baru ngrasakan demokrasi sepuluh tahun saja, malah muncul wacana presiden 3 kali masa jabatan. Selalu ada yang mikir mundur… seperti itu mental yesmen, sering muntah tai….
Aku : Patih koq jorok begitu sih...? Apakah itu salah satu dari 15 prinsip ksatria sejati?
GM : Kamu jangan sok ngingatin Gajahmada. Kamu harus tahu, ini adalah sikap amarah besar yang tak terkendali karena aku malu dan kecewa pada sikap yang mundur. Para kurcaci jika bernyanyi persis kayak teman kebo-kebo di sawah. Wataknya Sengkuni. Selalu ada Sengkuni di tiap kekuasaan! Di jamanku, setiap kali ada pemberontakan, entah itu Daha, Kediri, Singosari hingga Majapahit, selalu dimulai dari orang dalam. Watak Sengkuni membawa kesialan, karena mereka adalah pembisik busuk yang dekat dengan kekuasaan. Inilah bahaya laten kekuasaan!!!
Aku : Patih, jangan marah melulu. Kalau patih ikut demo, jangan-jangan ikut bakar-bakaran. Negara ini tidak akan selesai dengan kemarahan. Kami mencari solusi.
GM : Kalau kamu mendidik anak, maka harus dilecut biar belajar. Kalau menteri salah, harus diapain sementara bapaknya bengong melulu? Itulah kalau jadi pemimpin tetapi tak punya mimpi. Tetapi ingat, mimpinya bukan model Mbah Surip. Mimpi seorang pemimpin adalah dimilikinya pikiran besar bagi membangun negara dan sanggup mewujudkannya! Soekarno punya mimpi besar memerdekakan negaranya, itu tercapai. Ia sukses membuat rakyat mencintai negaranya, berani mati demi bangsamu. Tetapi ia tak punya mimpi membangun negaramu menjadi seperti apa?
Aku : Kami punya UUD 45 dan Pancasila!
GM : Apa sesederhana itu? Masih ada jutaan konsep yang harus cepat jadi Undang-undang. UU itu bukan sekedar haluan, bukan sekedar batasan, tetapi sebuah system yang terus diperbaharui sesuai dengan perkembangan jaman. Aku bilang kamu ini bangsa pemakai, apa kamu mau dibilang begitu terus??? Nyatanya kitap KUHPmu juga masih tinggalan londo? Kamu punya Habibie, malah disuruh jadi wapres, bikin pesawatnya bubar. Kamu punya siswa yang cerdas, juara olimpiade, juara bikin robot sedunia. Tetapi apakah bapakmu mikir mau makai potensinya, bikin pabrik besar untuk ekspor?
Aku : Kata Dennis Lombard, bangsa kami menjadi tempat persilangan budaya. Kulturnya jadi beragam dan terlalu mudah menerima pengaruh asing. Jadi, dimulai darimana membangun negara ini, Patih?
GM : Kamu punya modal besar, tetapi jangan sibuk membangun imperium pribadi. Aku lihat itu anak-anak SD, mereka merasa tidak cinta pada negaranya, lebih suka jadi orang Amerika! Apa alasannya? Karena di TV mereka merasa jijik, menilai negative setiap hari direcoki berita demo-demo anarchis, tawuran, penggusuran PKL, bentrok dengan polisi, pembunuhan mutilasi dan sejuta kebobrokan pejabat. Orang TV kayak nggak ngerti ya, itu berita…bikin anak-anak jadi benci pada negaranya sendiri, karena ternyata bangsanya suka berantem, berangasan!!!
Aku : TV punya andil besar merusak mental bangsa?
GM : TV swasta hidup subur dengan mengutamakan segi hiburan. Sampai-sampai kemiskinan dan tangis dieksploitasi jadi media hiburan. Anak-anak SMP pada kepingin jadi artis karena duitnya banyak! Rasa cinta kepada negara jadi luntur. Siswa tidak saling bergaul selain di sekolah. Mereka asyik di internet karena melihat dunia lain yang lebih indah dan mengagumkan daripada negara sendiri.
Aku : Patih…
GM : Kalau kamu mau jadi presiden, kamu mau kampanye apa? Anti korupsi, pejuang rakyat bawah… dan tetek bengek lainnya…??? Wkkk… (GM tertawa terbahak). Rakyatmu lebih doyan duit daripada keteguhan keyakinan. Mengapa? Karena mau makan saja sulit apalagi mau hidup? Nggak beda nyoblos Si A atau B, mereka tetap terpinggirkan. Lebih baik terima duit langsung sekarang.
Aku : Patih, anda hidup di jaman yang sama sekali berbeda dengan jaman sekarang!
GM : Jangan dikira aku tidak mengikuti bangsa ini sampai kapanpun.
Aku : Kalau begitu siapa presiden Indonesia 2014?
GM : Kenapa kamu tidak bertanya kepada paman raja Joyoboyo? (aku tersipu)
Aku : Ok. Apa hubungan antara anak-anak yang tidak mencintai negaranya dengan kampanye menjadi presiden? Lalu bagaimana cinta tanah air anak-anak di jaman anda?
GM : Apa akibatnya jika siswa nggak cinta negaranya? Kamu bisa njawab sendiri! Bangsamu ini sebenarnya mudah diatur, mudah diajak kerja. Presiden bilang, rakyat siap! Jika kamu punya system rambu-rambunya, nyawa bangsamu berharga mahal di dunia dan di akhirat. Bukan mati konyol model bom bunuh diri, atau mati ngenes jadi TKI.
Aku : Kita harus menyiapkan kader sejak bayi lahir?
GM : Waktu kecil, setiap hari aku dihajar dengan ilmu-ilmu kanuragan tingkat tinggi. Kalau anak sekarang digituin, pasti sudah klenger gak sempat teriak! Aku punya pengalaman masa kecil, bermain mencari kodok, angon kebo… Jangan dikira masa kecil tidak punya pengaruh pada dewasanya! Saat angon kebo itulah, aku punya mimpi besar. Kulihat arak-arakan kereta raja ditarik 6 kuda, diiringi ratusan prajurit. Tetapi itu hanya sekejap, aku kecewa, koq hanya segitu, maunya sampai capek dan ngantuk, arak-arakan itu belum selesai. Lalu aku bermimpi menjadi kepala prajurit, pasukannya jutaan. Jadi kalau pawai bisa seharian!
Aku : (Aku tertawa terbahak. Gajahmada tersenyum)
Jadi untuk membangun negara harus dimulai dari pemimpinnya dulu, tuan?
GM : Seorang pemimpin yang punya mimpi besar, pasti sudah tahu, apa yang harus diperbuat untuk negaranya! Rakyatmu sudah sangat memprihatinkan, jangan tunggu datangnya Satrio Paningit. Allah pasti menciptakan pemimpin di era millennium ini. Maka, carilah pemimpinmu! Seorang pemimpin yang tegas dan tidak peragu, cepat, lugas, tangkas, cerdas, disiplin, punya konsep dan punya mimpi besar menjadikan bangsamu sebagai bangsa yang besar!
Aku : Rasanya sudah tidak sabar lagi, tuan. Kami cukup lama menunggu seorang pemimpin! Hinga kini belum ada pemimpin yang lahir dari bawah. Semuanya diusung partai. Padahal tidak ada sekolah partai. Partai punya nama buruk, tendesinya cari kuasa, membagi kuasa, lalu jika sudah duduk lupa berdiri, tak bisa mimpin, lupa sama rakyat, malahan salaman sampai lupa, wanita bukan mukhrimnya dicaplok, akibatnya jadi guyonan gayeng di Amrik sana.
GM : Hahaha…baru secuil bisa bicara di tv, jadi ketua partai itu gampang banget jadi menteri, itu namanya ‘pemimpin guyon’ hasil karya mimpi jejadian.
Aku : Patih, mengapa anda seolah mengelak kata ‘kita’ yang selalu kupakai? Anda selalu bilang ‘kamu’ untuk bangsa Indonesia? Apakah anda menolak nama Indonesia?
GM : Karena aku menamakan negara ini Nuswantara. Itu nama berasal dari muzijat Allah. Aku selalu yakin pada mukzijat Allah. Aku selalu mengawali hari-hari hidupku dengan doa. Allah yang menentukan. Kalau aku hanya diizinkan berjuang bagi negara selama masa jabatananku sebagai patih, Allah juga yang menentukan, bukan karena Diah Pitaloka! Sekarang sudah waktu azan magrib, marilah kita shalat dulu! Besok disambung lagi.
Aku kaget! Sungguh sebuah pernyataan yang sama sekali tak terduga. Gajahmada mau shalat? Aku termangu, apalagi Mbah Wiji sudah terbangun dan kini minum teh manisnya. Mahapatih sudah hilang lagi di hadapanku. Sayup terdengar azan magrib dari kejauhan. Aku bergegas mengambil air wudlu. Tetapi pikiranku dibayangi pernyataan, Gajahmada mau shalat! Apakah ia seorang muslim??? (besok disambung lagi? OK atih, aku siap wakuncar dneganmu lagi).
Langganan:
Postingan (Atom)